(Lanjutan
kaedah kesembilan)
Dalil
tentang kekuatan hati
Banyak
dalil yang menunjukkan adanya kekuatan hati berupa kekuatan ilmiah
dan amaliah, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat ke-1 sampai 5, 186,
dan 177, Al-A'raaf: 157, serta surat Al-Ashr.
Berikut
ini penjelasan Ibnul Qoyyim rahimahullah
tentang
surat Al-Ashr :
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan hanya
menyebut setiap nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالْعَصْرِ
(1)
Demi
masa.
إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
(2)
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
إِلَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
(3)
kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.
Ibnul
Qoyyim rahimahullah
menjelaskan
surat tersebut :
فأقسم
سبحانه وتعالى بالدهر الذى هو زمن الأعمال
الرابحة والخاسرة، على أن كل واحد فى خسر،
إلا من كمل قوته العلمية بالإيمان بالله،
وقوته العملية بالعمل بطاعته.
...... فكمل
نفسه بالعلم النافع والعمل الصالح، وكمل
غيره بتعليمه إياه ذلك، ووصيته له بالصبر
عليه
Allah
Subhanahu
wa Ta'ala
(dalam surat ini) bersumpah dengan masa yang merupakan waktu untuk
beramal, baik amal yang menguntungkan maupun yang merugikan
(pelakunya) bahwa setiap orang berada dalam merugi, kecuali orang
yang menyempurnakan
kekuatan ilmiah dengan beriman kepada Allah dan menyempurnakan
kekuatan amaliah dengan beramal taat kepada-Nya....
, maka ia menyempurnakan dirinya dengan ilmu yang bermanfaat dan
beramal sholeh, serta menyempurnakan orang lain dengan mengajarkan
kepadanya hal itu, dan berwasiat kepadanya dengan bersabar atas hal
itu
Ucapan
emas bagi orang yang menyayangi hatinya agar bisa istiqomah!
Ibnul
Qoyyim rahimahullah
bertutur
dalam
Ighotsatul
Lahfan min
Mashaidisy Syaithan, hal.
22:
“Hendaknya
(seorang hamba) ketahui bahwa kedua kekuatan (hati) ini,
tidak pernah berhenti beraktifitas,
bahkan (kemungkinan yang ada) yaitu :
Jika tidak ia
gunakan kekuatan ilmiahnya untuk mengenal kebenaran dan mencarinya,
maka ia akan gunakan kekuatan tersebut untuk mengetahui sesuatu yang
selaras dan cocok dengan kebatilan.
Begitu pula, jika
tidak ia gunakan kekuatan kehendak amalnya untuk beramal shaleh,
maka ia akan gunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan amal
shaleh.
Jadi,
(Kesimpulannya) bahwa manusia itu, secara tabiat, disifati dengan
“Harits” dan “Hammam”, sebagaimana sabda Nabi shallallahu
ta'ala 'alaihi wa alihi wa sallam,
أَصْدَقُ
الأَسْمَاءِ:
حَارِثٌ
وَهَمَّامٌ
“Nama
yang paling jujur adalah Harits dan Hammam”.
Harits
adalah orang yang (suka) beraktifitas.
Sedangkan
Hammam adalah orang yang banyak berkeinginan/selera (“ham”).
Karena,
sesungguhnya jiwa itu sifatnya dinamis dan gerakan kehendak jiwa itu
(hakekatnya) adalah bagian dari konsekwensi dzatnya.”
Sedangkan
kehendak itu mengharuskan bahwa sesuatu yang dikehendaki akan
tergambar pada jiwanya dan memiliki keistimewaan tersendiri menurut
jiwanya.
Jadi,
jika jiwa (manusia) tidak
menggambarkan kebenaran, mencarinya dan menghendakinya,maka akan
menggambarkan
kebatilan, mencarinya dan menghendakinya. Dan itu pasti!”
Setelah
kita mengetahui penjelasan Ibnul Qoyyim rahimahullah
maka
dapat disimpulkan bahwa keistiqomahan seorang hamba dipengaruhi oleh
dua kekuatan hati tersebut, karena apabila kekuatan hati itu baik,
maka baik pula ucapan dan amalan seluruh anggota tubuh lainnya.
Nabi
shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا
إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا
صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ ,
وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ ؛
أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
Ingatlah
seseungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila segumpal
daging itu baik, maka baik pula seluruh jasad, dan apabila segumpal
daging itu rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Perhatikanlah, bahwa
segumpal daging itu adalah hati![Hadits
dalam Shahihain].
Sebaliknya,
apabila dua kekuatan hati itu rusak, maka hal itu akan merusak
keistiqomahan seorang hamba, dan ketahuilah bahwa syahwat dan syubhat
adalah induk penyakit yang merusak dua kekuatan hati!
(Bersambung,
in sya Allah)
Sumber : www.muslim.or.id
Post a Comment